IoT atau dikenal juga sebagai Internet of Things merujuk pada suatu sistem atau jaringan yang terdiri dari objek (“things”) yang dilengkapi dengan sensor, software dan teknologi lainnya agar memiliki kemampuan untuk bertukar data satu sama lain tanpa menggunakan bantuan perangkat komputer dan manusia.
Objek (“thing”) yang dimaksud dapat berupa seorang manusia dengan implan monitor jantung, seekor binatang peternakan yang dilengkapi dengan transponder biochip, sebuah mobil yang memiliki sensor tekanan udara ban dan sebagainya. Pada dasarnya, baik makhluk hidup ataupun benda yang telah dilengkapi dengan alat yang memiliki IP (Internet Protocol) dan dapat mengirimkan data ke jaringan dapat dikategorikan sebagai komponen IoT.
Bagi Anda yang familiar dengan SCADA, mungkin terlintas pertanyaan, “Lantas apa perbedaan IoT dengan SCADA?”. Jawaban lengkap dari pertanyaan tersebut dapat dilihat di artikel berikut (klik link ini untuk melihat “Perbedaan SCADA vs IOT”) namun secara garis besar, IoT memungkinkan pengumpulan data yang lebih banyak dan lengkap dibandingkan dengan SCADA. Dikarenakan keterbatasan infrastruktur SCADA yang mengharuskan penggunaan kabel sebagai sarana konektivitas dan power, jumlah sensor yang dapat dipasang pun turut terbatas. Berbeda dengan perangkat IoT yang menggunakan jaringan nirkabel dan bahkan bisa beroperasi dengan baterai yang tahan hingga bertahun-tahun.
Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang mungkin terlintas adalah, “Untuk apa pasang sensor sebanyak itu? Bagaimana cara memproses data sebanyak itu?”. Ketika mendengar kata “data” mungkin yang muncul di bayangan adalah spreadsheet Excel di mana manajemen kemudian bisa menggunakan data tersebut untuk membuat perhitungan atau grafik yang dapat menunjang keputusan bisnis. Namun dalam hal IoT, data yang ada sangatlah banyak sehingga tidak memungkinkan bagi manusia untuk dapa memproses semua data tersebut secara optimal. Dalam sebuah panel listrik misalnya. Data mengenai arus, tegangan, harmonik pada main busbar adalah hal yang bisa dilakukan power meter. Namun, IoT memungkinkan pemasangan sensor pada berbagai titik sehingga tidak saja kita mengetahui tegangan pada main busbar, tetapi juga pada incoming MCCB, outgoing MCCB, terminal kapasitor, incoming kontaktor, outgoing kontaktor dan sebagainya. Data yang sangat banyak ini (dikenal juga sebagai big data) dapat diproses oleh artificial intelligence, machine learning atau bahkan deep learning.
Machine learning memungkinkan komputer untuk belajar dari data-data yang diunggah oleh perangkat IoT dan membuat prediksi yang akurat mengenai kapan maintenance perlu dilakukan. Semakin banyak data yang diupload, semakin akurat pula prediksi dari komputer tersebut. Dan seiring berjalannya waktu, Anda akan terkejut akan seberapa mahirnya komputer dalam menebak kapan komponen harus diganti. Dengan diterapkannya machine learning di tempat Anda, downtime 0% bukan lah sekedar mimpi lagi. Untuk aplikasi IoT di luar maintenance, bisa lihat proyek kerjasama Siemens dengan Merck (klik link ini untuk melihat artikel).